Kamis, 16 Februari 2012

mama

ini mamaku
Hey ma, aku mau ngomongin mama sedikit yah :p
Seperti apa yang mama tau, aku sayang banget sama mama.

Jadi jangan pernah tanya tentang ini sama aku.
Karna aku akan selalu jawab jawaban yang sama.

Mama.
Ngeliat mama tadi pulang sendiri, gatau kenapa gue langsung sedih.
Rasanya mau turun dari motor, nyusul mama, meluk mama dan ikut pulang bareng sama mama.
Makin umur mama semakin menua, semakin bertambah juga rasa takut gue kalo ngebiarin mama pergi sendirian.
Tapi emang dasar nyokap gue itu pemberani, mandiri dan tegar kali ya.
Kalo di film power ranger, yaaa bisa di bilang nyokap gue ranger ungu lah (ada ga?)
Walaupun mama pergi sendiri, ga ada tuh rasa takut atau rasa apapun.
Malah sering mama pergi sendiri kemanapun.
Dulu sih waktu jeje masih di Jakarta, mama suka pergi ditemenin jeje, tapi ga jarang juga sendirian.
Gue yang ngeliat mama pergi sendiri cuma bisa ngomong dari hati “paa, mama sendiri tuh”
Berharap bapa nemenin mama, kalo ga bisa yaaa Bapa di surga lah pasti ya.


ini keluargaku
Mah, apa kabar?
Coklat dari aku di makan ya!
“sakit gigi mama nang makan coklatmu ini”
#tepokjidat
Gue lupa, kalo emak gue udah jadi opung -______-“
Yaudah lah ya, yang penting rasa gue ini bisa gue salurkan lewat coklat yang akhirannya paling gue gue juga yang makan -_______-“

Nyokap gue hebat, begitu hebat.
Mama udah ngurus gue dari kecil sampe 50 tahun ini #ehh
Ngga ngga, gue ga setua itu.
Yaa, walaupun gue tinggal dari kecil sama tulang nantulang, tapi andilnya mama ga kecil juga.
Gue inget waktu bapa sakit-sakitan.
Mama udah ga kerja lagi.
Kakak-kakak ada yang kuliah ada yang kerja ada yang kerja sambil kuliah ada juga abang gue yang suka main.
Gue diruma jaga bapa, mama pergi keliling-keliling untuk jualan.
Apapun, jualan apapun.

Tuhan tolong jaga mamaku ya.
Mungkin Engkau punya rencana untuknya.
Tapi aku boleh request Tuhan?
Tolong jaga mamaku sampai aku bisa membanggakannya.
Sampai aku dapat memberikan apa yang mama mau.
Boleh Tuhan?

Selasa, 14 Februari 2012

malam sunyi

Bersinar namun gelap.
Bercahaya namun kelam.
Ramai namun sepi.
Aku berdiri di balkon ini menatap langit berkawan bintang.
Indah namun sesak.
Terhampar luas memenuhi pandangan mataku.
Memaksaku untuk membelakkan mata.
Dan berkata dengan lantang.
Inilah kenyataannya.
Senyap ini membakar keingin tahuanku.
Kubuka sekali lagi mataku dengan lebar.
Dan tak salah.
Inilah kenyataannya.
Terima kasih malam, sudah mengingatkanku untuk terbangun dari segala mimpi indahku.
Terima kasih dunia, kalau ini memang kenyataannya.
Aku tidak memungkiri, juga tidak menghindari.
Jadi apa yang harus dipertanyakan?
Lalu apa yang harus kujawab?
Jangkrik itu bernyanyi sambil mengabadikan kesepian malamku.
Menertawakan keliahaian menyendiriku.
Hmm, terima kasih jangkrik sudah meramaikan malam sunyiku.
Tak ada yang harus kutulis.
Yang harus kutulis adalah, lembaran hariku di buku kenyataan ini.

Senin, 06 Februari 2012

bahagiaku

Satu alasan.
Sudah lama sekali aku tidak merasakan kesenangan yang begitu besar seperti saat ini.
Besar sekali sampai aku bingung meluapkannya pada siapa.

Terima kasih Tuhan.
Sudah selesai sekarang.

Bahagia sekali melihat orang yang kukasihi senang seperti ini.
Ku lihat wajahnya, walau hanya dari jauh, walau hanya terlihat sekilas diantara orang banyak itu.

Raut wajahnya, perilakunya, senyumnya Tuhan.

Bahagiaku melihatnya seperti itu.
Memang bukan hanya aku yang membuat dia senang, tapi dengan ikut andilnya aku didalamnya membuatku sangat puas dan bahagia, apalagi setelah kulihat dia seperti ini.

Tangan bergetar, walau senyum dibibir.
Hati berdegup, tanpa seorangpun tahu.

Berkali-kali kata terima kasih untukMu Tuhan.
Kau tahu Tuhan ,apa yang kurasakan saat itu?
Rasanya aku ingin berteriak dan memeluknya, mengucapkan hal yang manis dan terus memeluknya.

Kau ingat Tuhan, malam itu.
Aku bersama temanku yang lain mengerjakan sesuatu untuknya hingga pagi dariMu menjelang.
Tak kurasa lelah sedikitpun, sakitku pun kubuang hanya untuknya Tuhan.
Walau sedikit, walau tak begitu berarti.

Andai dapat kuberikan yang lebih untuknya.
Tapi aku mempunyai keterbatasan yang ku yakin Engkau tahu Tuhan.
Terima kasih Tuhan, Kau berikanku kekuatan hingga saat itu.

Rasaku semakin meluap saat dia mengatakan bahwa hari itu adalah moment yang indah untuknya.
Ku bersyukur karena orang sepertiku dapat memberikan hal terindah untuk orang di sekelilingku.
Lebih bersyukur bahwa orang itu adalah orang yang ku sayangi.
Walau bukan hanya aku yang membuat dia bahagia.

Andai aku dapat membuatnya selalu bahagia Tuhan.
Tapi kutahu aku tidak bisa, karena usahaku dulupun tidak berhasil.

Air mata ini tidak tertahan lagi Tuhan.
Maaf jika aku melanggar janjiku padaMu.
Ya, janji yang kubuat saat aku merasa terjatuh karena hal yang Kau tahu.
“aku tidak akan menangis lagi untuknya Tuhan”
Kurasa pelukanMu sampai saat inipun belum Kau lepas.
Terima kasih Tuhan, tanpa Engkau mungkin sampai saat ini aku masih rapuh.
Mungkin aku tidak mengerti apa yang ingin Kau berikan untukku nantinya.
Tapi, aku mau belajar untuk selalu bersyukur untuk apa yang Engkau beri untuk kehidupanku saat ini, karena aku yakin dan percaya segala rencanaMu indah.

Seperti saat ini.
Indah saat ku melihat dia bahagia.
Mungkin inilah rencanaMu Tuhan.
Walau saat ini aku tidak lagi bersamanya, tapi indah saat melihatnya bahagia.

Bahagiaku jika kamu bahagia sayang.